Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Seminggu Berlalu

Jam 1 dini hari, tepat 7 hari yang lalu, kebakaran pasar yang menghabiskan tempat usaha kami terjadi. Kamis dini hari, 22 agustus 2024, kejadian 17 tahun yang lalu terulang kembali.

Duka kembali menyelimuti, tangis dan airmata tak lagi terbendung, sinar-sinar mata itu meredup, titipan telah diambil oleh yang Kuasa. 

Raga barulah terlelap, kala panggilan itu berlangsung. Kabar mengejutkanpun datang, rasa cemas dengan segera menyelimuti diri.

Ku langkahkan kaki dengan tergesa. Berharap sebuah keajaiban akan terjadi. Tapi, kala mata mendapati pemandangan itu. Sungguhlah, benar diri ini hanyalah manusia yang tak berdaya. Sang jago merah sudah begitu gagah melalap bangunan-bangunan yang ada. Dengan kekuatan yang tersisa, ku lakukan semampu yang ku bisa. Aku begitu yakin, jika apa yang akan terjadi nanti, sudahlah suratan takdirnya, dan sungguhlah pertolonganNya itu pasti.

Menyelamatkan barang-barang besar dengan hanya bermodalkan 3 orang, sungguhlah sebuah kemustahilan. Tapi, kala diri begitu pasrah, campur tanganNya tiba, begitu banyak orang-orang yang membantu, hingga begitu banyak yang mampu terselamatkan. Bagai sumber air ditengah gurun sahara, menyirnakan kehausan penuh kekhawatiran. Terimakasih Tuhan, sungguhlah pertolonganMu itu nyata adanya 🥹

Dan kala tiba giliran bangunan milik kami terlalap api. Sudahlah, hanya syukur yang mampu terucap, karena masihlah diberikan kesempatan untuk menyelamatkan barang dengan jumlah yang rasanya mustahil bisa diselamatkan. Karena jika harus meraung menangispun tidaklah lagi berguna. Jika sang Kuasa ingin mengambil kepunyaanNya, diri yang hina ini, bisa apa??

Masih ada hal yang bisa disyukuri, kala musibah itu berlalu. Banyaknya campur tangan orang-orang baik, juga atas kehendakNya. Jika bukan Dia yang menggerakkan mereka, lalu siapalah lagi?

Seminggu berlalu, insya Allaah perasaan menerima itu benar adanya. Sabar yang masihlah diluaskan, tekad yang kuat untuk memulai lagi. Memupuk duka, pun lagi merajut asa. Pelan-pelan kembali bangkit. Semoga pundak ini dikuatkan untuk kembali meniti kehidupan kedepannya. 





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Letak Sebuah Harapan

Kesadaraan itu kudapati kala ejekan sudah mulai ku mengerti.

Kenapa? Tanyaku. Apakah berbeda haruslah diperlakukan buruk sedemikian rupa?

Anak sekecil itu, harus bisa berdamai dengan fisik yang menjadi pembeda.

Tapi syukurku, Tuhan berikan hatiku keluasan untuk menerima.

"Ah, tak apa", kataku. Masih syukur aku dimampukan berdiri di atas kaki sendiri. 

Di luar sana, bisa jadi ada yg begitu menginginkan bisa berjalan maupun berlari.

Aku tetap bisa itu, walau dengan skala yg lebih kecil. "Ah, tak apa", lagi, ucapku.

Selalu begitu, hingga benar penerimaan itu ku dapati.


Dari usia awal belasan hingga beberapa tahun yang lalu. Harapan itu masihlah ku gantung tinggi. Harapan itu masihlah ku langitkan dan begitu ku ingini.

Tapi, mungkin, cukuplah sampai di sana ku letakkan sebuah harapan.

Kian waktu, kian usia yang berlari cepat, kini harapan itu hanyalah mampu ku letakkan di sudut hati, biar hanya menjadi doa terkahir yang begitu lirih, tatkala langkah kaki semakin menjauh dari tempat penjara suci. 


Aku ikhlas Tuhan, dengan segala hal yang terjadi pada diri ini. Tapi tolong mampukan aku melewatinya dengan rasa syukur yang terus tiada henti. Karena untuk apapun yang terjadi, pastilah yang terbaik untuk diri ini. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Maaf, aku pendendam

Aku masih ingat, reka adegan di lapangan tahun 2007 dulu

Aku masih ingat, acara ngambekku ke guru

Aku masih ingat, jadi orang jahat di cerita orang lain karena membela teman

Aku masih ingat, dipermalukan guru paling diidolakan didepan umum

Aku masih ingat, sakitnya ditinggalkan tanpa kepastian

Aku masih ingat, ketika kekurangan fisik jadi bahan olok-olokan 

Aku masih ingat, sakitnya harus mengalah karena sistem sosial


Semua itu masihlah ku ingat dengan jelas

Jika ditanya, apa aku memaafkan?

Entah, apa mereka memang ingin maaf dariku? Sekali lagi, entah


Maaf, aku pendendam 🥲


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS