Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Perihal Asa

 Aku pernah kecewa

Dan kurasa cukup untuk kali itu saja

Dari kecil hingga ku raih gelar sarjana

Tak banyak tuntut yang ku pinta

Tapi mungkin diamku dan lainnya

Menjadi celah akan terbuka luka

Entah berapa tetes air mata kala dipanjatkannya doa

Tapi hingga kini, ternyata doa itu belum juga teramini

Tapi, semoga tenangnya hati saat ini

Menjadi jawab gelisah kemarin hari

Bertahun-tahun, kerelaan itu teruslah dicari

Hingga kalimat itu bagailah penyejuk dikegersangannya hati

"Allaah ambil satu, tapi Ia beri dengan lebih dari itu"

Itulah yg terus terulang, kala ujian itu lagi dan lagi mehampiri

Pun mungkin, jika ini berakhir

Pastilah masih ada pelajaran-pelajaran yang lain

Luka untuk sebuah pembelajaran akan dunia

Tangis untuk kesadaraan akan tak berdayanya diri ini dihadapan Sang Kuasa

Allaahkuu, jika memang inilah bentuk ujian hidup dari_Mu

Mohonku, mampukan aku dan ikhlaskan kami dalam hal "Menerima"


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

JALAN KENANGAN

 


            Masih ku ingat setiap sudut jalan kota ini. Aroma tanah dipagi hari, gemerisik dedaunan yang beradu dengan terik surya pagi. Hawa dingin yang menyelimuti serta kegaduhan yang dibuat mereka di pagi hari. Kenangan-kenangan itu kian bermunculan, ketika lagi ku jejakkan kaki dikota ini. Aku tak pernah tau, ternyata kota ini telah mampu memberikan cerita yang berkesan pada perjalanan hiduku. Entah bagaimana, tiga tahunku disini mampu memberikan kenangan indah walau hanya sepersekian saja yang mampu teringat dalam rekaman memoriku.

            Tiga tahun perjalananku ku lewati di jalan ini. Bersama semua perasaan yang berubah setiap harinya. Tak ku pungkiri, terkadang aku cukup kesal ketika menyambut pagi, dan harus melewati lagi jalan ini. Aku terlalu bosan dengan rutinitasku, dalam sehari bisa 3 bahkan 4 kali ku lewati jalan ini. Jalan yang kini sedikit memberikan rasa rindu pada diri ini.

            Dulu, kala air mata jatuh tanpa kompromi, cara jituku hanyalah membiarkannya kering dengan sendirinya. Dengan bantuan semilir angin tentunya. Jika diingat, aku pernah menangis tersedu dan tertawa lugu keesokan harinya. Tiga tahun waktuku, entah untuk sebuah pendewasaan atau sebuah pembangkangan akan diri. Mungkin kenakalan-kenakalan juga banyak kulalui dalam fase hidup saat itu. Mengenal apa itu cinta, walau akhirnya berakhir dengan perpisahan yang meninggalkan luka. Derita yang dilalui, kisah ceria yang terlewati, maupun pertengkaran-pertengkaran tak berarti. Kian menjadi lamunan rutin kala kaki menginjak kota ini.

            Ah, tenggelam dalam rindu memang selalu menyesakkan dada. Karena semua hanyalah mampu menjadi kenangan semata. Banyak hal yang dulu terasa begitu akrab, kini menjadi asing dirasa. Yah, semua juga melakukan perjalanan hidupnya masing-masing. Entah cerita bagaimana yang mereka lalui, hingga jarak memberikan dinding pemisah untuk keakraban yang dulu pernah terjalin. Hingga kenangan-kenangan manis yang dulu ada, terkikis sedemikian rupa karena luka hidup yang mendera.

            Waktu memang tak pernah berkompromi, melaju sendiri tanpa lelah dan henti. Mengahabiskan kisah tiga tahun tanpa terasa. Meninggalkan momen-momen hidup yang terasa samar akhirnya. Walau terkadang lintasan memori suka menggoda, membuncahkan perasaan rindu yang kian membara. Yah, ku habiskan masa SMAku dengan banyak tawa maupun luka ^^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jejak Kisah

Sekelabat bayangan masa sekolah dulu suka malu-malu terlintas dalam pikiran ini. 

Bagai tontonan 3 dimensi.
Kala penggalan cerita terjadi di pantai, secara tak langsung udara laut menyapa penciuman ini.
Kala penggalan cerita di tengah hutan, bau tanah begitu menyeruak dada.
Ah, ternyata kami dulu hanyalah segerombol anak kecil yang begitu ingin tahu.
Rela jauh masuk ke dalam hutan, hanya karena penasaran dengan sebuah sumur tua.
Walau lelah setelahnya tiada tara, tapi sepanjang jalan tawa kami terus tergema.
Indahnya kenanganku....

Belum usai menikmati  moment yang ada, tayangan kembali bergulir untuk sebuah luka.
Kala kobaran api menyala begitu besarnya, masih terasa ketakutan yang begitu nyata.
Tangisku, dia dan mereka. 
Untuk sebuah harta titipan semata.
Ah, dunia memang bukan hal yang mudah untuk diikhlaskan.
Masih teringat jelas keesokan harinya, hanya menyisakan puing-puing yang membuat pilu hingga ke ulu dada.
Tapi, hidup tetap harus berlanjut, baik untuk sebuah luka yang menghampiri maupun tawa yang tiada henti.

Semua kenangan bergulir tindih menindih, menyisakan ruang kosong hati, ternyata dulu tawa adalah hal lumrah, tapi kini tangis terasa lebih mudah.
Ternyata menjadi dewasa harus merelakan sebagian kebahagiaan yang ada.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS