Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Jejak Kisah

Sekelabat bayangan masa sekolah dulu suka malu-malu terlintas dalam pikiran ini. 

Bagai tontonan 3 dimensi.
Kala penggalan cerita terjadi di pantai, secara tak langsung udara laut menyapa penciuman ini.
Kala penggalan cerita di tengah hutan, bau tanah begitu menyeruak dada.
Ah, ternyata kami dulu hanyalah segerombol anak kecil yang begitu ingin tahu.
Rela jauh masuk ke dalam hutan, hanya karena penasaran dengan sebuah sumur tua.
Walau lelah setelahnya tiada tara, tapi sepanjang jalan tawa kami terus tergema.
Indahnya kenanganku....

Belum usai menikmati  moment yang ada, tayangan kembali bergulir untuk sebuah luka.
Kala kobaran api menyala begitu besarnya, masih terasa ketakutan yang begitu nyata.
Tangisku, dia dan mereka. 
Untuk sebuah harta titipan semata.
Ah, dunia memang bukan hal yang mudah untuk diikhlaskan.
Masih teringat jelas keesokan harinya, hanya menyisakan puing-puing yang membuat pilu hingga ke ulu dada.
Tapi, hidup tetap harus berlanjut, baik untuk sebuah luka yang menghampiri maupun tawa yang tiada henti.

Semua kenangan bergulir tindih menindih, menyisakan ruang kosong hati, ternyata dulu tawa adalah hal lumrah, tapi kini tangis terasa lebih mudah.
Ternyata menjadi dewasa harus merelakan sebagian kebahagiaan yang ada.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar