Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Letak Sebuah Harapan

Kesadaraan itu kudapati kala ejekan sudah mulai ku mengerti.

Kenapa? Tanyaku. Apakah berbeda haruslah diperlakukan buruk sedemikian rupa?

Anak sekecil itu, harus bisa berdamai dengan fisik yang menjadi pembeda.

Tapi syukurku, Tuhan berikan hatiku keluasan untuk menerima.

"Ah, tak apa", kataku. Masih syukur aku dimampukan berdiri di atas kaki sendiri. 

Di luar sana, bisa jadi ada yg begitu menginginkan bisa berjalan maupun berlari.

Aku tetap bisa itu, walau dengan skala yg lebih kecil. "Ah, tak apa", lagi, ucapku.

Selalu begitu, hingga benar penerimaan itu ku dapati.


Dari usia awal belasan hingga beberapa tahun yang lalu. Harapan itu masihlah ku gantung tinggi. Harapan itu masihlah ku langitkan dan begitu ku ingini.

Tapi, mungkin, cukuplah sampai di sana ku letakkan sebuah harapan.

Kian waktu, kian usia yang berlari cepat, kini harapan itu hanyalah mampu ku letakkan di sudut hati, biar hanya menjadi doa terkahir yang begitu lirih, tatkala langkah kaki semakin menjauh dari tempat penjara suci. 


Aku ikhlas Tuhan, dengan segala hal yang terjadi pada diri ini. Tapi tolong mampukan aku melewatinya dengan rasa syukur yang terus tiada henti. Karena untuk apapun yang terjadi, pastilah yang terbaik untuk diri ini. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar